KKN Konversi Pajangan: Penelusuran Sejarah Dukuh Watugedug

26 Maret 2024
KKN UIN
Dibaca 66 Kali

Dalam usahanya mengumpulkan data sejarah di Desa Guwosari, kelompok KKN Konversi UIN Sunan Kalijaga melakukan penelusuran sejarah lisan di masyarakat Dukuh Watugedug. Penelusuran telah dilakukan beberapa kali dengan menggunakan teknik wawancara kepada beberapa masyarakat, di antaranya yaitu dengan Mbah Bardi (82 tahun) pada Minggu (17/03/2024) dan Pak Samani (68 tahun) selaku pengurus Masjid Ikhsanullah pada Minggu (24/03/2024). Kunjungan yang dilakukan kali ini telah mengungkap beberapa temuan menarik yang berkaitan dengan sejarah dan keindahan alam di wilayah tersebut. 

Dari hasil wawancara baik dengan Mbah Bardi maupun Pak Samani, didapatkan sejumlah fakta menarik tentang Dukuh Watugedug, salah satunya yaitu sejarah dari nama pedukuhan ini. Diceritakan pada masa berkecamuknya Perang Jawa, ketika Pangeran Diponegoro bersembunyi dan membangun markas di Goa Selarong, pasukan kuda sering melalui jalan sekitar Goa Selarong. Uniknya, ketika pasukan kuda menapaki jalan ini akan terdengar suara “Dug Dug Dug”, dari sinilah akhirnya pedukuhan ini dinamai Watugedug. Namun, jalan tersebut kini telah dibangun menjadi jalan protokol yang lebih bagus dan memudahkan akses bagi warga, pembangunan jalan terakhir dilaksanakan pada 2022. 

Selain itu, dari hasil wawancara bersama Pak Samani didapatkan sejarah dari beberapa daerah lainnya. Pertama ada kisah di balik nama daerah Grogol yang masih masuk dalam wilayah Pedukuhan Watugedug, diceritakan bahwa dahulu di tempat tersebut terdapat mata air yang memiliki aliran air yg cukup deras yang sering dimanfaatkan warga sebagai sumber air. Oleh warga sekitar aliran ini sering disebut “Nggrogol” yang berarti butiran-butiran air yang besar, dari penyebutan inilah daerah sekitar mata air kemudian dinamai Grogol.

Kemudian ada juga cerita dari nama wilayah Banjaran, disebutkan wilayah ini pada masa Perang Jawa digunakan sebagai tempat persiapan pasukan Pangeran Diponegoro. Pasukan ini disiapkan di sebuah tanah lapang dalam formasi berbanjar, karena itulah wilayah ini dinamai Banjaran. Dan yang terakhir ada kisah dari nama wilayah Mbrang Lor, sama seperti wilayah sebelumnya sejarah dari nama wilayah ini bertolak dari kisah persembunyian Pangeran Diponegoro. Dikisahkan pada zaman dahulu, ketika Pangeran Diponegoro beserta pasukannya akan menyeberang ke arah timur dan terhalang sungai yang besar, sedangkan jalan bagian selatan tidak memiliki jembatan penghubung, maka digunakanlah jalur utara yang memiliki jembatan untuk menyebrang ke timur. Dari sinilah kemudian wilayah ini dinamai “Mbrang Lor”, yang berarti menyeberang lewat utara.